Rabu, 18 Juli 2012

TENGTANGMU, MEYTA


-->
Tentangmu, Meyta
Cerpen, Baiq Aneta

TANAH Lombok yang memekatkan rindu di hati. Malam ini aku di sini, di belahan bumi yang ribuan mil jauhnya. Sendiri melawan keinginan untuk pulang menemuinya. Termasuk juga menemui wajah teduh di sana. Wajah yang telah lama mengisi benakku diam-diam. Wajah yang kumaksud adalah kamu, Meyita. Dan yang membuatku memelihara hati dan kesetiaan. Ah, sedang apa kamu sekarang? Membaca buku setebal bantal, FB-an, mengarang cerpen ataukah sedang melamun seperti aku disini?
Fina temanku pernah nyeletuk. “Hebat kamu Lex! Punya pacar kayak Meyita, setiaaaa banget.”
Saat itu aku terseyum mendengar pujian itu. Tapi benar kok Mit. Aku merasakan sendiri kesungguhanmu dalam mencintaiku. Itu semua terbukti. Ketika kita sama-sama menginjakkan kaki di Senggigi. Ada seorang lelaki iseng menggoda dan berkata tak enak padamu. “Suit! Ada cewek tomboy!”
Kamu memang tomboy, Myt. Aku yang mendengar ucapan lelaki tadi kontan saja jadi naik pitam. Kamu berusaha menenangkan suasana. Tapi aku tak mau ada lelaki yang menggoda, lelaki yang berkata tak enak kepadamu.
Prak! Sebuah long hookku bersarang di pelipis lelaki tadi. Kamu jadi tergagap dan segera menutup wajah dengan kedua tanganmu. Di sela-sela jemari kamu melihat ada darah segar mengucur di wajah lelaki itu. Begitu keraskah tinjuku itu, Myt? Kenapa begitu tega aku melakukannya?
Prak! Prak! Dua kali tendangan melingkar mengenai rahangnya. Saat itu aku persis seperti dalam adegan film Enter The Dragonnya si Bruce Lee. Kamu segera sadar dan mengajakku bergegas pergi dari tempat itu. Karena kamu bilang, aku bukan seekor harimau yang haus darah. Tapi aku adalah cowok milikmu satu-satunya. Cowok yang tampan dan simpati. Dan yang selalu berusaha melindungimu. Melakukanmu seperti seorang putri kerajaan. Putri yang dijunjung tinggi dan dihormati oleh kawulanya.
Dan ketika hari-hari berikutnya, Fina cerita lagi kalau kamu suka cowok yang sholeh dan pintar. Rasanya sholatku jadi kian khususk dibanding sebelumnya dan belajarkupun tambah rajin. Hasilnya tidak sia-sia, Myt. Aku mendapat bintang emas sebagai peraih IP tertinggi dan prestasi terbaik. Kamu bangga kan Myt? Pasti! Sebab kutahu dari sinar matamu yang cerah. Bersinar bagai kristal berkaca-kaca. Kamu memang selalu begitu. Ah, aku jadi tambah kangen. Apakah semua cinta memang begitu?
Tahukah kamu, Myt? Aku terpukau dengan gaun dan jilbabmu yang serasi, meching dengan kombinasi warna yang kalem. Serasi dengan warna kulit dan bentuk oval mukamu. Kamu kelihatan cantik sekali dengan gaun dan aduhai sandal jepitmu. Dadaku bergetar manakala melihatmu melempar senyum. Mungkin waktu itu kamu berpikir bahwa aku ini tolol, memandangmu terbengong-bengong. Atau juga kamu merasakan keterpanaanku oleh ketampanan wajahmu.
Kamu juga harus ingat, Myt. Sejak pertemuan itu, selalu muncul pertemuan-pertemuan kecil. Dari sekedar ber-hai dan ber-halo sampai mengajakmu makan bak so. Kadang aku sempatkan diri mampir di kostmu untuk memaksamu menerima ajakanku jalan-jalan di sekitar Giri Menang Square dan taman Udayana.
Sejak itu selalu saja ada kamu dalam setiap mimpiku. Meski tak pernah ada keberanian untuk menitip harap padamu. Tapi bila melihat ada kilatan kecil di matamu, keinginan itupun muncul ke permukaan. Ada lagi yang takkan kulupa, Mit. Aku selalu menggenggam tanganmu saat menyeberang jalan bersama. Ada getaran yang tercipta dalam ceria kita saat itu. Semuanya itu begitu kunikmati.
Myita....Jam di dinding berdentang tiga kali. Malam telah bergulir di luar sana. Berarti acara TV sudah mau off. Seharusnya sedari tadi aku tertidur. Sebab besok aku akan menemuimu. Melihat dari dekat senyummu yang tulus. Aku tak peduli apa kata orang tentang kita. Tapi aku yakin, orang hanya memikirkan harga sembako yang kian melambung tinggi harganya. Atau menyimak suhu politik dunia yang kian memanas. Biarkan, kita tak punya hak untuk mengusik mereka.
Astaga! Kenapa Myita? Kenapa tubuhku merasa terlempar dan terhempas? Kucoba untuk bangkit. Mataku liar mencarimu. Kulihat kamu sedang tertidur tak bergerak. Aku ingin berteriak memanggilmu. Tapi aku tak kuasa karena tubuhku terjatuh lagi. Bulu kudukku meremang seketika. Susah payah menahan air mata ini agar tidak berloncatan keluar. Aku menggeleng dengan wajah penuh air mata yang tak mampu lagi kubendung. Pertahananku bobol manakala menyaksikan jasadmu memasuki liang lahat. Aku sendiri berusaha meredakan hatiku yang seketika jadi berguncang. Tapi aku tak kuat, Myt. Aku tak kuasa protes. Tangan Tuhan telah menggariskan jadi lain. Dan kemarin, tabrakan beruntun itu telah menenggelamkan semuanya sekaligus merenggutmu dariku........Meyta!

3 komentar: