-->
Tentangmu,
Meyta
Cerpen, Baiq Aneta
TANAH Lombok yang memekatkan rindu di hati. Malam
ini aku di sini, di belahan bumi yang ribuan mil jauhnya. Sendiri melawan
keinginan untuk pulang menemuinya. Termasuk juga menemui wajah teduh di sana.
Wajah yang telah lama mengisi benakku diam-diam. Wajah yang kumaksud adalah
kamu, Meyita. Dan yang membuatku memelihara hati dan kesetiaan. Ah, sedang apa
kamu sekarang? Membaca buku setebal bantal, FB-an, mengarang cerpen ataukah
sedang melamun seperti aku disini?
Fina temanku pernah nyeletuk. “Hebat kamu Lex!
Punya pacar kayak Meyita, setiaaaa banget.”
Saat itu aku terseyum mendengar pujian itu. Tapi
benar kok Mit. Aku merasakan sendiri kesungguhanmu dalam mencintaiku. Itu semua
terbukti. Ketika kita sama-sama menginjakkan kaki di Senggigi. Ada seorang
lelaki iseng menggoda dan berkata tak enak padamu. “Suit! Ada cewek tomboy!”
Kamu memang tomboy, Myt. Aku yang mendengar ucapan
lelaki tadi kontan saja jadi naik pitam. Kamu berusaha menenangkan suasana.
Tapi aku tak mau ada lelaki yang menggoda, lelaki yang berkata tak enak kepadamu.
Prak! Sebuah long hookku bersarang di pelipis
lelaki tadi. Kamu jadi tergagap dan segera menutup wajah dengan kedua tanganmu.
Di sela-sela jemari kamu melihat ada darah segar mengucur di wajah lelaki itu.
Begitu keraskah tinjuku itu, Myt? Kenapa begitu tega aku melakukannya?
Prak! Prak! Dua kali tendangan melingkar mengenai
rahangnya. Saat itu aku persis seperti dalam adegan film Enter The Dragonnya si
Bruce Lee. Kamu segera sadar dan mengajakku bergegas pergi dari tempat itu.
Karena kamu bilang, aku bukan seekor harimau yang haus darah. Tapi aku adalah
cowok milikmu satu-satunya. Cowok yang tampan dan simpati. Dan yang selalu
berusaha melindungimu. Melakukanmu seperti seorang putri kerajaan. Putri yang
dijunjung tinggi dan dihormati oleh kawulanya.
Dan ketika hari-hari berikutnya, Fina cerita lagi
kalau kamu suka cowok yang sholeh dan pintar. Rasanya sholatku jadi kian
khususk dibanding sebelumnya dan belajarkupun tambah rajin. Hasilnya tidak
sia-sia, Myt. Aku mendapat bintang emas sebagai peraih IP tertinggi dan prestasi
terbaik. Kamu bangga kan Myt? Pasti! Sebab kutahu dari sinar matamu yang cerah.
Bersinar bagai kristal berkaca-kaca. Kamu memang selalu begitu. Ah, aku jadi
tambah kangen. Apakah semua cinta memang begitu?
Tahukah kamu, Myt? Aku terpukau dengan gaun dan
jilbabmu yang serasi, meching dengan kombinasi warna yang kalem. Serasi dengan
warna kulit dan bentuk oval mukamu. Kamu kelihatan cantik sekali dengan gaun
dan aduhai sandal jepitmu. Dadaku bergetar manakala melihatmu melempar senyum.
Mungkin waktu itu kamu berpikir bahwa aku ini tolol, memandangmu
terbengong-bengong. Atau juga kamu merasakan keterpanaanku oleh ketampanan
wajahmu.
Kamu juga harus ingat, Myt. Sejak pertemuan itu,
selalu muncul pertemuan-pertemuan kecil. Dari sekedar ber-hai dan ber-halo
sampai mengajakmu makan bak so. Kadang aku sempatkan diri mampir di kostmu
untuk memaksamu menerima ajakanku jalan-jalan di sekitar Giri Menang Square dan
taman Udayana.
Sejak itu selalu saja ada kamu dalam setiap
mimpiku. Meski tak pernah ada keberanian untuk menitip harap padamu. Tapi bila
melihat ada kilatan kecil di matamu, keinginan itupun muncul ke permukaan. Ada
lagi yang takkan kulupa, Mit. Aku selalu menggenggam tanganmu saat menyeberang
jalan bersama. Ada getaran yang tercipta dalam ceria kita saat itu. Semuanya
itu begitu kunikmati.
Myita....Jam di dinding berdentang tiga kali. Malam
telah bergulir di luar sana. Berarti acara TV sudah mau off. Seharusnya sedari
tadi aku tertidur. Sebab besok aku akan menemuimu. Melihat dari dekat senyummu
yang tulus. Aku tak peduli apa kata orang tentang kita. Tapi aku yakin, orang
hanya memikirkan harga sembako yang kian melambung tinggi harganya. Atau
menyimak suhu politik dunia yang kian memanas. Biarkan, kita tak punya hak untuk
mengusik mereka.
Astaga! Kenapa Myita? Kenapa tubuhku merasa
terlempar dan terhempas? Kucoba untuk bangkit. Mataku liar mencarimu. Kulihat
kamu sedang tertidur tak bergerak. Aku ingin berteriak memanggilmu. Tapi aku
tak kuasa karena tubuhku terjatuh lagi. Bulu kudukku meremang seketika. Susah
payah menahan air mata ini agar tidak berloncatan keluar. Aku menggeleng dengan
wajah penuh air mata yang tak mampu lagi kubendung. Pertahananku bobol manakala
menyaksikan jasadmu memasuki liang lahat. Aku sendiri berusaha meredakan hatiku
yang seketika jadi berguncang. Tapi aku tak kuat, Myt. Aku tak kuasa protes.
Tangan Tuhan telah menggariskan jadi lain. Dan kemarin, tabrakan beruntun itu
telah menenggelamkan semuanya sekaligus merenggutmu dariku........Meyta!
mantap blog.a baiq
BalasHapus.makasiiiiii :)
BalasHapuskereeennn mbaq.. suka saya:) nangis :'(
BalasHapus