KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah
ini.
Kedua
kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang diridhoi Allah SWT yakni agama Islam.
Namun
kami yakin tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi dan do’a, makalah ini tidak akan terwujud.
Selain
itu ucapan terima kasih kami kepada yang terhormat. Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik
dalam penulisan maupun informasi yang terkandung didalam makalah ini, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
dimasa yang akan datang. Dan semoga makalah
ini bisa membawa manfaat bagi kita khususnya bagi penulis. Amin.
Daftar isi
Kata pengantar...................................................................................................................... 1
Bab I. Angka kematian ibu dan bayi
di NTB......................................................................... 3
Bab II. Tingginya angka
kematian ibu..................................................................................... 4
Bab III. Upaya menurunkan AKI........................................................................................... 6
Bab IV. 5 strategi menurunkan AKI ...................................................................................... 7
Bab V. Penutup..................................................................................................................... 10
Bab I
Usaha
pemerintah Provinsi NTB untuk menekan angka kematian ibu dan bayi masih cukup
berat,sebab hingga kini angka kematian ibu dan bayi di daerah ini masih sangat
tinggi. Data tahun 2009 menyebutkan, jumlah kematian bayi menembus angka 545
orang. Sedangkan untuk kematian ibu saat melahirkan berjumlah 121 orang dari
93.281 proses melahirkan.
Data
tersebut dibeberkan oleh Kepala Bappeda NTB H Rosiady Sayuti. Menurutnya angka
kematian bayi ini sebenarnya turun jika dibandingkan dengan tahun 2006 lalu.
Saat itu jumlah ibu yang meninggal mencapai 360 orang dari 100.000 proses
melahirkan. “ Atau rata-rata 72 orang per seribu proses melahirkan,” jelasnya.
Meski
begitu, Pemprov. NTB katanya tetap akan berusaha untuk mengejar rata-rata angka
kematian ibu dan bayi nasional yang hanya 42 orang meninggal per 1.000 proses
melahirkan.Menurutnya keinginan itu memperlihatkan titik terang seiring
berbagai langkah yang telah dilakukan pemerintah. ”Sekarang melahirkan kan
gratis, jadi semoga ini bisa menekan angka kematian ibu dan bayi,” ucapnya.
Saat
ini alokasi dana APBD untuk bidang kesehatan juga cukup tinggi, yaitu sekitar
14,6 %. ”Tapi tentu niat kami ini hanya bisa terlaksana jika ada bantuan dari
masyarakat,” ungkapnya. Dia mengatakan angka kesehatan di NTB bila dilihat dari
rata-rata nasional masih sangat rendah, karena itu perlu digenjot lagi,
sehingga dalam dua atau tiga tahun ke depan, NTB sudah bisa berada di papan
tengah ranking kesehatan masyarakat secara nasional.
Bab II
Pada kesempatan kali ini saya ingin
membahas salah satu masalah di Provinsi NTB yang cukup kompleks, yaitu masalah
tingginya angka kematian ibu dan bayi. Dimana angka kematian ibu dan bayi di
NTB termasuk kategori sangat tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB pada tahun 2010 jumlah kematian ibu
adalah 113 orang dan sampai bulan juni 2011 jumlah kematian ibu adalah 72
orang. Sehingga kemungkinan meningkatnya kematian ibu melahirkan sangatlah
besar. Apabila dilihat dari data rata-rata angka kematian ibu melahirkan
secara nasional sebesar 228 angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran.
Sedangkan di NTB, angka kematian ibu jauh melebihi angka rata-rata nasional
yang mencapai 320 angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran. Lalu untuk angka
kematian bayi secara nasional sebesar 34 angka kematian bayi per 1000
kelahiran. Sedangkan di NTB memang cukup jauh dari angka rata-rata nasional
yang mencapai 74 angka kematian bayi per 1000 kelahiran
Saya
sendiri ketika membaca data tersebut agag terkejut, namun begitulah keadaan di
NTB. Maka tidak heran apabila indeks pembangunan manusia (IPM) di NTB yang
berada pada urutan ke 32 dari 33 provinsi di Indonesia, karena IPM juga
dipengaruhi oleh angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi.
Melihat
tingginya angka kematian ibu dan anak ini, pemerintah sudah berusaha untuk
melaksanakan program Angka Kematian Ibu Nol (AKINO). Dimana program ini telah
dilaksanakan sejak 2009, dan dalam impelementasi program ini, pemerintah menggalakkan
posyandu dan peran penyuluh KB. Khusus posyandu, telah digelontorkan anggaran
sekitar Rp 7 miliar untuk membanguan posyandu di beberapa daerah di
kabupaten/kota. Sedangkan untuk membantu penyuluh KB dalam menjalankan tugasnya
memberikan penyuluhan pentingnya program KB dalam mensuskseskan program AKINO,
telah diberi bantuan puluhan unit kendaranaan kepada penyuluh.
Teman-teman,
walaupun demikian angka kematian ibu dan bayi masih tinggi, terutama di daerah
padat penduduk seperti di Lombok Timur. Dimana ada beberapa faktor yang
memengaruhi masih tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi, walaupun
sudah ada usaha dari pemerintah untuk menekan angka tersebut yaitu :
1. Masih
kentalnya tradisi dan budaya
Dimana salah satu tradisi masyarakat
didaerah adalah bersalin di dukun dan enggan bersalin di bidan atau di rumah
sakit. Sehingga kemungkinan terjadinya kematian ibu dan bayi sangat besar
karena bisa jadi sang ibu saat melahirkan tidak mendapat pelayanan kesehatan
yang sangat dibutuhkannya.
2. Letak
geografis
Letak geografis yang berjauhan juga
merupakan faktor tingginya angka kematian ibu dan bayi, karena sulitnya petugas
untuk menjangkau tempat tersebut seperi daerah Bima dan Dompu yang jauh.
3. Masih
adanya pungutan
Walaupun
seharusnya dengan adanya program ini, masyarakat miskin dibebaskan dari biaya
bersalin dan memeriksa kesehatan, namun masih ada saja yang kecolongan.
Sehingga masyarakat yang memang tidak mampu masih terhambat mendapat pelayanan
kesehatan dikarenakan tidak ada biaya.
4. Kurangnya
fasilitas
Fasilitas seperti alat transportasi
dan fasilitas untuk petugas kesehatan juga sangat penting untuk ditingkatkan.
Selain itu fasilitas kesehatan juga harus terus di perbaharui sesuai dengan
kebutuhan.
Sehingga
saya memiliki beberapa usulan kepada pemerintah agar program AKINO ini bisa
lebih tepat lagi sehingga bisa menekan jumlah kematian ibu melahirkan dan
kematian bayi, yaitu :
1.
Meningkatkan sosialisasi secara
intens
Sosialisasi
tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali, namun harus terus dilakukan
secaraintens terutama didaerah yang masih kental tradisi melahirkan didukun dan
daerah yang padat penduduk serta tinggi angka kematian ibu dan anaknya seperti
di Lombok Timur.
2. Menyediakan fasilitas
Untuk
mencapai daerah yang jauh sangat dibutuhkan kendaraan seperti menuju tempat
didaerah Dompu dan Bima. Selain fasilitas transportasi, tidak lupa juga
fasilitas bagi petugas kesehatan yang ditempatkan didaerah terpencil.
3. Bekerjasama dengan tokoh
masyarakat
Dengan
dilakukannya pendekatan dengan tokoh masyarakat atau tokoh adat tentang
pentingnya pelayanan kesehatan terutama untuk ibu melahirkan dan bayi, maka
akan lebih mudah untuk melakukan pendekatan dengan masyarakatnya.
4. Dilakukan evaluasi
Evaluasi
sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah program AKINO ini sudah tepat
sasaran atau belum, karena hingga saat ini masih saja ada pungutan yang
memberatkan.
Tingginya angka kematian ibu
melahirkan dan kematian bayi di NTB sangat tinggi dan sudah waktunya untuk
menekan angka tersebut agar tidak semakin bertambah namun harus terus
dikurangi. Karena itu sangat memengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM).
selain itu masa depan negeri ini juga tergantung dari bayi-bayi yang lahir saat
ini, apabila saat ini ibu melahirkan dan bayi tidak mendapat pelayanan
kesehatan yang memadai maka itu dapat menjadi faktor terhambatnya pembangunan
dan regenerasi dimasa depan untuk mengembangkan negara yang lebih baik dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bab III
Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari
jumlah kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan
langsung dengan kematian ibu. Kematian ibu adalah kematian wanita dalam
kehamilan atau sampai dengan 42 hari pasca-terminasi kehamilan, yang disebabkan
kehamilan, manajemen tatalaksana, maupun sebab lain. Penyebab kematian tersebut
dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan, dan umumnya
terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi
kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu.
Dengan adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan
tindakan, dan pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.
Di berbagai negara di dunia, upaya menurunkan angka
kematian ibu telah menunjukkan banyak keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil
menekan angka kematian ibu sedemikian rupa, karena adanya kebijakan yang
dilakukan secara intensif, misalnya menambah subsidi masyarakat untuk
pencegahan penyakit, perbaikan kesejahteraan, dan pemeriksaan kesehatan ibu.
Beberapa masalah khusus, seperti tromboemboli, perdarahan, preeklampsia dan
eklampsia, dan sebab-sebab mayor lainnya mendapat prioritas utama, karena
persentase kematian ibu akibat masalah-masalah tersebut begitu tinggi. Sistem
administrasi klinis juga perlu dibina, yang meliputi akreditasi pelayanan,
manajemen risiko, peningkatan profesionalitas, dan pengaduan pasien.
Dengan
mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan upaya-upaya
potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara keseluruhan tidak hanya
mengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu dan bayi, meskipun
intervensi kesehatan yang dilakukan hanya meliputi aspek yang terbatas, seperti
pengadaan tenaga terampil dalam pertolongan persalinan, tatalaksana gawat darurat
obstetri yang memadai dan keluarga
berencana, namun
keberhasilan dalam upaya perbaikan kesehatan maternal ini secara tidak langsung
akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa.
Bab IV
Dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia, Kementerian
Kesehatan menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan
jaringannya; penguatan manajemen program dan sistem rujukannya; meningkatkan
peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; kegiatan akselerasi dan
inovasi tahun 2011; penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.
Hal
itu disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH
dalam paparan yang berjudul “Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kesehatan
Dalam Rangka Penurunan Angka Kematian Ibu” kepada para peserta Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana di kantor
BKKBN Jakarta, 26 Januari 2011.
Menkes
menambahkan terkait strategi keempat yaitu kegiatan akselerasi dan inovasi
tahun 2011, upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan yaitu:
1. Kerjasama dengan sektor terkait dan pemerintah daerah telah
menindaklanjuti Inpres no. 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional dan Inpres No. 3 tahun 2010 Tentang Program
Pembangunan Yang Berkeadilan melalui kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan
advokasi terkait percepatan pencapaian MDGs. Akhir tahun 2011, diharapkan
propinsi dan kabupaten/kota telah selesai menyusun Rencana Aksi Daerah dalam
percepatan pencapaian MDGs yaitu mengentaskan kemiskinan ekstrim dan
kelaparan, mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,
memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.
2. Pemberian Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), mulai tahun
2011 setiap Puskesmas mendapat BOK, yang besarnya bervariasi dari Rp 75 juta
sampai 250 juta per tahun. Dengan adanya BOK, pelayanan “outreach” di luar
gedung terutama pelayanan KIA-KB dapat lebih mendekati masyarakat yang
membutuhkan
3. Menetapkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
berupa indikator komposit (status kesehatan, perilaku, lingkungan dan akses
pelayanan kesehatan) yang digunakan untuk menetapkan kabupaten/kota yang
mempunyai masalah kesehatan. Ada 130 kab/kota yang ditetapkan sebagai DBK
yang tahun ini akan didampingi dan difasilitasi Kementerian Kesehatan.
4. Penempatan tenaga strategis (dokter dan bidan) dan
penyediaan fasilitas kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan
(DTPK), termasuk dokter plus, “mobile team”
5. Akan diluncurkan 2 Peraturan Menteri Kesehatan terkait
dengan standar pelayan KB berkualitas, sebagaimana diamanatkan UU no 52 tahun
2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Selain
itu menurut Menkes, pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan akan meluncurkan Jaminan
Persalinan (Jampersal) yang mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan
persalinan, nifas, KB pasca persalianan, dan neonatus. Melalui program ini,
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan
meningkat, demikian pula dengan pemberian ASI dini, perawatan bayi baru
lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan.
Sasaran Jampersal adalah 2,8 juta ibu bersalin yang selama
ini belum terjangkau oleh jaminan persalinan dari Jamkesmas, Jamkesda dan
asuransi kesehatan lainnya. Ruang lingkupnya adalah : pelayanan persalianan
tingkat pertama, tingkat lanjutan, dan persiapan rujukan di fasilitas
kesehatan Pemerintah dan Swasta. Kelompok inilah yang akan ditanggung
Jampersal. Pelayanan yang dijamin melalui Jampersal yaitu: pemeriksaan
kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan normal dan dengan komplikasi,
pemeriksaan nifas 3 kali termasuk pelayanan neonatus dan KB paska persalinan,
pelayanan rujukan ibu/bayi baru lahir ke fasilitas kesehatan lebih mampu.
Menurut
Menkes terkait strategi penguatan Puskesmas dan jaringannya dilakukan dengan
menyediakan paket pelayanan kesehatan reproduksi (kespro) esensial yang dapat
menjangkau dan dijangkau oleh seluruh masyarakat, meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, yaitu: Kesehatan ibu dan bayi baru
lahir, KB, kespro remaja, Pencegahan dan penanggulangan infeksi menular
seksual (IMS) dan HIV/AIDS; dan mengintegrasikan pelayanan kespro dengan
pelayanan kesehatan lainnya yaitu dengan program gizi, penyakit menular dan
tidak menular.
Kemampuan
Puskesmas dan jaringannya dalam memberikan paket dasar tersebut akan
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan masalah kesehatan setempat.
Pada saat ini ada 9.005 Puskesmas,
terdiri dari Puskesmas non tempat tidur (TT), Puskesmas TT PONED (pelayanan
obstetri neonatal emergensi dasar) dan Puskesmas TT non PONED, yang tersebar
di seluruh kecamatan di Indonesia. Puskesmas pembantu dan pos kesehatan desa
yang ada di desa-desa, akan lebih difungsikan dalam memberikan pelayanan KIA
dan KB yang bersifat promotif, preventif dan pengobatan sederhana termasuk
deteksi dini faktor risiko dan penyiapan rujukannya.
Beberapa
propinsi juga telah menjadikan Puskesmas mampu melakukan deteksi dini kanker
leher rahim, Puskesmas santun usia lanjut, dan sebagainya, sesuai kebutuhan
lokal.
AKI Menurun
Menkes juga mengatakan kemajuan yang dicapai dalam program
kesehatan ibu yaitu penurunan AKI sebesar 41% dari 390 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007.
Sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup.
Kematian ibu di rumah sakit
disebabkan karena banyaknya kasus kegawat-daruratan pada kehamilan,
persalinan dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah:
perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi
aborsi.
Persalinan di rumah dan ditolong oleh dukun, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masih tingginya AKI di Indonesia. Data Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa persalinan di fasilitas kesehatan 55,4% dan masih ada persalinan yang dilakukan di rumah (43,2%). Pada kelompok ibu yang melahirkan di rumah ternyata baru 51,9% persalinan ditolong oleh bidan, sedangkan yang ditolong oleh dukun masih 40,2%, ujar Menkes.
Kondisi tersebut masih diperberat
dengan adanya faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan
di tingkat keluarga, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat menangani
dan 4 Terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua
(diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan
terlalu banyak (lebih dari 4 kali).
Terkait dengan faktor risiko tersebut, data Riskesdas 2010 memperlihatkan bahwa secara nasional ada 8,4% perempuan usia 10-59 tahun melahirkan 5-6 anak, bahkan masih 3,4% perempuan usia 10-59 tahun yang melahirkan anak lebih dari 7. Kelompok perempuan yang tinggal di perdesaan, tidak bersekolah, pekerjaannya petani/nelayan/buruh, dan status ekonomi terendah, cenderung mempunyai lebih dari 7, lebih tinggi dari kelompok lainnya. |
Bab V
PENUTUP
Kita sudah
tau betapa berat resiko jadi seorang ibu dalam menjaga anaknya, maka janganlah
hamil terlalu muda ataupun terlalu tua, karena bisa memungkinkan menambah angka
kematian ibu di Indonesia.
Sekian
makalah dari kami semoga bermanfaat dan bisa mengurangi angka kematian ibu
di Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar